Gaya Arsitektur Indische Empire

Apa itu Arsitektur Kolonialisme di Indonesia?

1. Gedung Lawang Sewu

Gedung Lawang Sewu

Arsitektur Kolonial adalah gaya arsitektur yang dibawa oleh penjaja-penjajah dari Barat ke Indonesia pada masa jajahan. Biasanya, ciri khas arsitektur ini terdapat pada gedung-gedung pemerintahan seperti gedung-gedung tinggi, gedung-gedung bersejarah yang ada di banyak kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Salah satu contoh yang sangat menarik adalah Gedung Lawang Sewu yang terletak di Jalan Gajah Mada, Semarang. Gedung ini memiliki nilai sejarah yang sangat signifikan. Dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu berarti seribu pintu, yang menggambarkan jumlah pintu yang sangat banyak pada bangunan ini. Pada awalnya, gedung ini digunakan sebagai kantor perusahaan kereta api milik Belanda dan kemudian menjadi markas tentara Jepang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Kini, Lawang Sewu telah menjadi objek wisata sejarah di Semarang.

2. Indische Empire Style

Indische Empire Style

Indische Empire Style atau Gaya Arsitektur Indo adalah hasil akulturasi antara arsitektur Barat dan arsitektur tradisional India dan Indonesia. Gaya arsitektur ini sangat dipengaruhi oleh kesenian Hindu-Budha di Indonesia dan memberikan kesan elegan dan megah. Biasanya, bangunan Indische Empire Style ini bercorak klasik dan memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari bangunan lainnya.

Keuntungan dari arsitektur ini adalah memberikan nuansa yang sangat berbeda pada bangunan yang dibangun dengan cara yang berbeda pula. Namun, kelemahannya adalah biaya yang sangat besar untuk membangun gedung-gedung bergaya Indische Empire Style ini. Cara membangun gedung dengan arsitektur ini biasanya dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang sangat mahal dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil.

3. Gaya Arsitektur Transisi

Gaya Arsitektur Transisi

Gaya arsitektur Transisi merupakan gaya arsitektur yang muncul pada masa transisi dari era arsitektur Hindu-Buddha ke arsitektur Barat yang disebarkan oleh penjajah Belanda. Biasanya, gaya arsitektur ini terdiri dari bangunan yang berbentuk segi empat, dan dihiasi oleh ornamen-ornamen seperti tiang-tiang yang ditempatkan di depan dan di samping bangunan.

Kelebihan dari gaya arsitektur Transisi adalah dapat menciptakan kesan yang sangat elegan dan anggun. Namun, kelemahan dari arsitektur ini adalah biaya pembuatannya yang lebih mahal dibandingkan dengan beberapa jenis arsitektur lainnya. Untuk membangun bangunan dengan gaya arsitektur ini, bahan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang lebih mahal dan membutuhkan banyak tenaga ahli.

Berdasarkan beberapa contoh arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa arsitektur kolonial di Indonesia memiliki ciri khas yang sangat kental dan tampak “asing” di antara bangunan-bangunan lainnya di Indonesia. Gaya Arsitektur Kolonial lebih sering digunakan pada bangunan-bangunan tinggi seperti gedung-gedung pemerintahan dan bersejarah. Meski memang terdiri dari jenis yang beraneka ragam, namun arsitektur kolonial memiliki beberapa karakteristik yang serupa seperti kerap mempertegas perbedaan sosial, dan berfungsinya kepada aktifitas kekuasaan.

Jadi, apapun jenis arsitektur yang dipilih sebagai gaya bangunan, harus disesuaikan dengan lokasi dan lingkungan sekitar, fungsi bangunan tersebut serta budget yang tersedia. Akhirnya, bangunan tersebut dapat menghadirkan visual yang menarik dan berkontribusi pada keindahan bangunan-bangunan yang ada di Indonesia.

Tinggalkan komentar

This will close in 0 seconds

https://technologi.site/