Objek Pajak Pph Pasal 22

Siapa Saja Pemungut dan Objek PPh Pasal 22?

[image 1]

Apa itu PPh Pasal 22? PPh Pasal 22 adalah singkatan dari Pajak Penghasilan Pasal 22. Tarif PPh Pasal 22 dikenakan terhadap penjualan atau pembelian barang kena pajak, baik itu berupa barang modal, barang habis pakai, maupun barang tidak bergerak.

Pemungut PPh Pasal 22 adalah wajib pajak orang pribadi atau badan yang melakukan penjualan atau pembelian barang kena pajak. Wajib pajak yang melakukan penjualan atau pembelian barang kena pajak meliputi pengusaha, distributor, reseller, atau importir.

Pada umumnya, wajib pajak yang terlibat dalam PPh Pasal 22 adalah pengusaha atau perusahaan yang bergerak dalam industri perdagangan atau distribusi barang-barang tertentu. Mereka berperan sebagai pemungut dan wajib membayar PPh Pasal 22 atas penjualan atau pembelian barang yang mereka lakukan.

Objek PPh Pasal 22 meliputi semua jenis barang kena pajak. Barang kena pajak sendiri dapat mencakup berbagai macam barang, seperti mobil, motor, elektronik, perhiasan, dan lain sebagainya. Berdasarkan aturan yang berlaku, objek PPh Pasal 22 juga mencakup barang yang dibeli atau dijual dari luar negeri.

Dengan demikian, PPh Pasal 22 berlaku untuk berbagai macam jenis barang yang dikenai pajak, sehingga wajib pajak yang melakukan penjualan atau pembelian barang tersebut harus membayar PPh Pasal 22 sesuai dengan tarif yang berlaku.

Keuntungan dari PPh Pasal 22 adalah bahwa diperolehnya pemasukan bagi pemerintah sebagai sumber pendapatan negara. PPh Pasal 22 merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang penting, terutama dalam rangka mendukung pembangunan dan penyediaan berbagai fasilitas dan pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat.

Selain itu, PPh Pasal 22 juga memberikan perlindungan bagi pelaku usaha dalam bentuk penegakan hukum. Dengan adanya aturan mengenai PPh Pasal 22, para pelaku usaha dapat melaksanakan kegiatan bisnisnya dengan jelas dan terhindar dari risiko terjadinya pelanggaran perpajakan.

Adapun kekurangan dari PPh Pasal 22 adalah bahwa tarif yang dikenakan tergolong cukup tinggi, terutama untuk barang-barang dengan nilai tinggi. hal ini dapat berdampak pada harga jual barang yang menjadi lebih tinggi, sehingga konsumen harus membayar lebih mahal untuk memperoleh barang yang sama.

Dampak ini dapat berpotensi menurunkan daya beli konsumen atau menurunkan permintaan terhadap barang tertentu. Selain itu, PPh Pasal 22 juga membuat proses administrasi dan pembayaran pajak menjadi lebih kompleks bagi pelaku usaha.

Apakah tarif PPh Pasal 22?

[image 2]

Tarif PPh Pasal 22 bervariasi tergantung pada jenis barang yang dikenai pajak. Secara umum, tarif PPh Pasal 22 untuk barang-barang tertentu seperti barang mewah atau tertentu cukup tinggi.

Untuk barang mewah, tarif PPh Pasal 22 sebesar 35%. Barang mewah sendiri termasuk dalam kategori barang yang memiliki nilai tinggi dan eksklusif, seperti mobil mewah, perhiasan, atau barang-barang mewah lainnya.

Sementara itu, tarif PPh Pasal 22 untuk barang-barang tidak mewah atau umumnya lebih rendah, berkisar antara 0,5% hingga 10%. Tarif PPh Pasal 22 ini berlaku untuk jenis barang lainnya yang nilainya tidak sebesar barang mewah, seperti elektronik, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya.

Bagi wajib pajak yang terlibat dalam penjualan atau pembelian barang kena pajak, perlu memperhatikan tarif PPh Pasal 22 yang berlaku untuk jenis barang yang mereka jual atau beli. Dengan mengetahui tarif yang berlaku, wajib pajak dapat menghitung besaran pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan nilai barang yang mereka jual atau beli.

Bagaimana cara menghitung PPh Pasal 22?

Cara menghitung PPh Pasal 22 melibatkan dua komponen, yaitu dasar pengenaan pajak (DPP) dan tarif PPh Pasal 22. Dasar pengenaan pajak (DPP) merupakan jumlah nilai barang yang dijual atau dibeli, sedangkan tarif PPh Pasal 22 merupakan persentase dari DPP yang harus dibayarkan sebagai pajak.

Dalam menghitung PPh Pasal 22, wajib pajak perlu mengetahui besaran tarif yang berlaku untuk jenis barang yang mereka jual atau beli. Setelah mengetahui tarif yang berlaku, barulah wajib pajak dapat menghitung besaran pajak yang harus dibayarkan dengan mengalikan DPP dengan tarif PPh Pasal 22 yang berlaku.

Contoh penghitungan PPh Pasal 22:

Diketahui :

– Anda melakukan penjualan mobil mewah dengan nilai Rp 500.000.000,-

– Tarif PPh Pasal 22 untuk mobil mewah sebesar 35%

Ditanyakan :

Berapa besar pajak yang harus dibayarkan?

Jawab :

Pajak yang harus dibayarkan dapat dihitung dengan mengalikan DPP dengan tarif PPh Pasal 22:

Pajak = DPP x Tarif PPh Pasal 22

Pajak = Rp 500.000.000,- x 35%

Pajak = Rp 500.000.000,- x 0,35

Pajak = Rp 175.000.000,-

Jadi, pajak yang harus dibayarkan sebesar Rp 175.000.000,- untuk penjualan mobil mewah senilai Rp 500.000.000,-

Contoh penghitungan PPh Pasal 22 lainnya:

Diketahui :

– Anda melakukan penjualan elektronik dengan nilai Rp 10.000.000,-

– Tarif PPh Pasal 22 untuk elektronik sebesar 2,5%

Ditanyakan :

Berapa besar pajak yang harus dibayarkan?

Jawab :

Pajak yang harus dibayarkan dapat dihitung dengan mengalikan DPP dengan tarif PPh Pasal 22:

Pajak = DPP x Tarif PPh Pasal 22

Pajak = Rp 10.000.000,- x 2,5%

Pajak = Rp 10.000.000,- x 0,025

Pajak = Rp 250.000,-

Jadi, pajak yang harus dibayarkan sebesar Rp 250.000,- untuk penjualan elektronik senilai Rp 10.000.000,-

Dengan memahami cara menghitung PPh Pasal 22, wajib pajak dapat menghitung besarannya dengan tepat dan memastikan kewajiban perpajakan mereka terpenuhi.

Tarif PPh Pasal 22: Pengertian, Keuntungan, Kekurangan, dan Cara Menghitung

Tarif Pph 23

[image 3]

Apa itu tarif Pph 23?

Tarif PPh Pasal 23 adalah tarif pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang berasal dari penghasilan dalam negeri yang berasal dari jasa atau penggunaan harta.

Secara umum, tarif PPh Pasal 23 digunakan untuk memungut pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak yang bukan merupakan pribadi atau badan.

Adapun tarif PPh Pasal 23 bervariasi tergantung pada jenis penghasilan yang diterima dan status wajib pajak yang menerimanya.

Keuntungan dari tarif PPh Pasal 23 adalah bahwa pemerintah dapat memperoleh pemasukan tambahan sebagai sumber pendapatan negara. Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 dari pihak-pihak yang bukan pribadi atau badan dapat digunakan untuk mendukung pembangunan dan penyediaan berbagai fasilitas dan pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat.

Selain itu, tarif PPh Pasal 23 juga memberikan insentif bagi wajib pajak pribadi atau badan yang menjadi pihak yang membayar PPh Pasal 23. Dalam hal ini, mereka dapat mengurangkan besaran pajak tersebut dari penghasilan yang mereka laporkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh mereka.

Contoh pengurangan PPh Pasal 23:

Diketahui :

– Anda menerima penghasilan dalam negeri dari penyewaan properti sebesar Rp 100.000.000,-

– Tarif PPh Pasal 23 yang berlaku sebesar 15%

Ditanyakan :

Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan dan berapa pengurangan pajak yang dapat dilakukan pada SPT PPh?

Jawab :

Pajak yang harus dibayarkan dapat dihitung dengan mengalikan penghasilan dengan tarif PPh Pasal 23:

Pajak = Penghasilan x Tarif PPh Pasal 23

Pajak = Rp 100.000.000,- x 15%

Pajak = Rp 100.000.000,- x 0,15

Pajak = Rp 15.000.000,-

Jadi, pajak yang harus dibayarkan sebesar Rp 15.000.000,- untuk penghasilan penyewaan properti senilai Rp 100.000.000,-

Pengurangan pajak yang dapat dilakukan pada SPT PPh adalah sebesar jumlah PPh Pasal 23 yang telah dibayarkan. Dengan demikian, jika Anda telah membayarkan pajak sebesar Rp 15.000.000,- pada tahun tersebut, maka Anda dapat mengurangkan besaran pajak tersebut dari penghasilan yang dilaporkan pada SPT PPh Anda.

Kelemahan dari tarif PPh Pasal 23 adalah bahwa besaran tarif pajak yang dikenakan tergolong cukup tinggi, terutama untuk jenis penghasilan tertentu. Hal ini dapat berdampak pada penghasilan bersih yang diterima oleh wajib pajak, sehingga mereka mungkin harus membayar jumlah pajak yang lebih besar dari penghasilan yang sebenarnya mereka terima.

Contoh penghitungan PPh Pasal 23:

Diketahui :

– Anda menerima penghasilan dari pekerjaan bebas (honor) sebesar Rp 50.000.000,-

– Tarif PPh Pasal 23 yang berlaku sebesar 15%

Ditanyakan :

Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan?

Jawab :

Pajak yang harus dibayarkan dapat dihitung dengan mengalikan penghasilan dengan tarif PPh Pasal 23:

Pajak = Penghasilan x Tarif PPh Pasal 23

Pajak = Rp 50.000.000,- x 15%

Pajak = Rp 50.000.000,- x 0,15

Pajak = Rp 7.500.000,-

Jadi, pajak yang harus dibayarkan sebesar Rp 7.500.000,- untuk penghasilan pekerjaan bebas (honor) senilai Rp 50.000.000,-

Dengan memahami tarif PPh Pasal 23, wajib pajak dapat menghitung besaran pajak yang harus dibayarkan dan memastikan kewajiban perpajakan mereka terpenuhi.

Pph 22 Tarif

[image 4]

Apa itu Pph 22 tarif?

Pph 22 tarif adalah tarif pajak yang dikenakan terhadap penjualan atau pembelian barang yang termasuk dalam kategori barang kena pajak. Tarif Pph 22 ini berlaku untuk semua jenis barang kena pajak, baik itu berupa barang modal, barang habis pakai, atau barang tidak bergerak.

Tarif Pph 22 bervariasi tergantung pada jenis barang kena pajak yang dikenai pajak. Secara umum, tarif Pph 22 untuk barang tertentu seperti barang mewah atau tertentu cukup tinggi.

Salah satu contoh tarif Pph 22 adalah tarif PPh Pasal 22 untuk barang mewah, yang sebesar 35%. Barang mewah sendiri termasuk dalam kategori barang yang memiliki nilai tinggi dan eksklusif, seperti mobil mewah, perhiasan, atau barang-barang mewah lainnya.

Di sisi lain, tarif Pph 22 untuk barang-barang tidak mewah atau umumnya lebih rendah, berkisar antara 0,5% hingga 10%. Tarif Pph 22 ini berlaku untuk jenis barang lainnya yang nilainya tidak sebesar barang mewah, seperti elektronik, perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya.

Keuntungan dari tarif Pph 22 adalah bahwa pemerintah dapat memperoleh pemasukan tambahan sebagai sumber pendapatan negara. Salah satu tujuan dari pengenaan tarif Pph 22 adalah untuk mendukung pembangunan dan penyediaan berbagai fasilitas dan pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat.

Kelemahan dari tarif Pph

Tinggalkan komentar

This will close in 0 seconds

https://technologi.site/